Showing posts with label Cuap-cuap. Show all posts
Showing posts with label Cuap-cuap. Show all posts

Break

on Sunday, June 19, 2011
Break, a word that has many definition, according to Google's "define: break".

Untuk kesekian kalinya, tidak ada lagi postingan baru di blog ini setelah satu bulan berlalu. Kalau boleh memberikan alasan, saya ingin memberikan judul post kali ini sebagai alasan. Baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya membutuhkan break, dalam arti: istirahat. Manusia butuh rehat bagi jiwa dan raganya, hewan juga butuh istirahat, mesin juga butuh saat-saat untuk mendinginkan isinya yang panas. Oleh karena itu, Anda bisa menganggap bahwa kealpaan saya selama sebulan ini adalah break. Istirahat, yeah.

Walaupun begitu, seperti yang sudah saya tuliskan di atas bahwa kata break memiliki banyak arti, saya juga bisa mengatakan kata yang sama tapi dengan maksud yang sangat berbeda. Saya bisa bilang begini: "It breaks." Break dalam arti apa? Rusak, yes. Apa yang rusak? Masa blognya rusak? Agak impossible, kan? Apalagi jika kerusakannya berlangsung selama sebulan. Kemungkinan untuk itu terjadi sangat, sangat kecil. Jadi, apa yang rusak? Otak saya, tepatnya ide saya, dan niat saya. Rusak dalam artian begini, ada banyak ide acak yang masuk ke dalam otak saya, tapi hampir semua ide itu rusak. Tidak bisa diolah, tidak layak untuk dikembangkan. Dan parahnya, ide-ide seperti itu didukung oleh niat saya yang sama rusaknya. Niatnya ada, tapi cuma bertahan selama beberapa menit. Apa itu kalau namanya bukan rusak? You named it: males.

Tapi, break juga bisa berarti kesempatan. Sebuah kesempatan yang dimiliki oleh seseorang bisa digambarkan dengan kata break. Contohnya: "Hey, it's my big break!" Jadi, Anda juga boleh menganggap bahwa ketiadaan post di dalam blog ini selama sebulan ini adalah sebuah kesempatan besar bagi saya untuk... untuk... untuk menghasilkan sebuah post baru yang berkualitas. Yap, itu... terdengar bagus.

Selanjutnya, Anda pasti sangat tahu dengan arti kata break lain yang ingin saya tuliskan. Frase ini sangat lazim dipakai oleh para pasangan yang kelangsungan hubungannya sedang berada di bawah titik nol. Yea, break up. Maksudnya, putus dalam sebuah hubungan. Nah, ini juga bisa saya gunakan sebagai alasan. Hubungan yang ada diantara saya dengan blog ini mulai memburuk sehingga saya memutuskan untuk melakukan break up selama sebulan supaya masing-masing dapat melakukan instropeksi diri. Nah, alasan yang bagus bukan? Terdengar seperti alasan yang dibuat-buat? Oh, memang.

Next, Google said `A rush or dash in a particular direction`. Skip. There is no dash in a month, right?

Break lainnya adalah memaksa, menurut saya. Break-in, break-out. Memaksa masuk, memaksa keluar. Nah, paksaan macam apa yang ingin saya jadikan alasan? Saya ingin memilih break-out sebagai alasan tidak adanya post selama sebulan terakhir di blog ini. Ini karena saya dipaksa untuk 'keluar', untuk tidak melakukan posting di sini lagi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan. Dan pada hari ini, dengan adanya post ini, itu artinya, saya telah melakukan sebuah break-in, betul? Betulkan saja, oke. Setelah melalui paksaan untuk tidak melakukan post, saya berjuang keras dan memaksa untuk kembali melakukan post. Masalahnya, setelah a hard break-in, apakah saya tidak akan menemui break-out yang lebih kejam lagi? Well, kemungkinan itu cukup besar.

Begitulah. Setelah semua penjabaran dari beberapa arti kata break yang menurut saya cocok untuk dijadikan alasan, saya harus menjumpai break-out yang sudah menunggu saya dengan sangat tak sabar.

So, see you...

...I don't know when, but I promise that I will see you again.

Character and Me

on Tuesday, May 17, 2011
Have you ever create a character?

Sebagai seorang penulis yang tidak hanya bergelut dalam bidang percurhatan dan pergajean serta perandomisasian, beberapa kali saya pernah mendapatkan pernyataan yang sama. Pernyataan ini ada hubungannya dengan karakter-karakter yang pernah saya ciptakan, saya dalami, dan saya gali, serta saya tentukan jalan hidupnya. Pernyataan ini juga berhubungan dengan mitos bahwa karakter pertama yang diciptakan oleh seorang penulis adalah citra dari sang penulis sendiri.

"Si A ini mirip sama lu, ya."

Pernyataan ini membuat saya bertanya dan berpikir, "Masa sih?" Karena saya hampir tidak pernah membanding-bandingkan karakter yang saya ciptakan dengan diri saya sendiri. Sebut saja karakter-karakter yang sudah muncul di blog ini, Reachy, Riki, dan Resse. Kalau dilihat lagi ke belakang, karakter yang sudah bersama saya selama bertahun-tahun itu Reachy. Dan miripkah dia dengan saya? Tidak. Setidaknya, saya tidak merasa begitu walaupun ada beberapa orang yang bisa melihat kemiripannya. Lalu yang kedua, Riki. Miripkah saya dengannya? Banyak orang bilang, "Nggak! Beda jauuuuuuuh banget!" Mendengar ini, saya cuma bisa bersyukur karena itu berarti saya tidak sesuram Riki yang hidup segan mati pun tak mau. Lalu terakhir, Resse. Banyak orang bilang, ini karakter yang sangat mencerminkan saya banget. Iyakah?

Kalau Anda bertanya pada saya, saya tetap akan menjawab, "Tidak, saya tidak mirip dengan satu pun karakter yang telah saya ciptakan."

In denial mode? Maybe.

Saya juga pernah membuat sebuah novel dengan 26++ karakter yang berbeda di dalamnya. Dan salah satu beta reader saya dengan penasarannya bertanya, "Yang mana yang lu banget?" Sebagai penulis yang baik dan tidak ingin mengecewakan beta reader yang sudah mau (dengan terpaksa atau tidak) membaca tulisan sepanjang dosa itu, saya ingin memberikan jawaban dengan menyebutkan sebuah nama karakter. Tapi sayangnya, saya tidak bisa. Dan pertanyaan itu akhirnya cuma saya jawab, "Tebak coba."

Dalam kondisi labil, pertanyaan dan pernyataan di atas pernah membuat saya berpikir begini: Lalu saya itu seperti apa?

Jika dibandingkan dengan beberapa penulis di RPF yang saya kenal, sebagian besar memang menjadi bukti dari mitos yang telah saya sebutkan di atas. Mereka mirip bagai pinang dibelah dua dan mereka bangga akan hal itu. Tergodakah saya untuk membuat sebuah karakter yang begitu mirip dengan saya? Tidak. Ini bukan karena saya tidak tahu saya itu seperti apa sehingga tidak ingin membuat sebuah karakter yang mirip dengan saya, ya.

Kembali lagi pada pertanyaan salah satu beta reader saya, dia sudah mencoba menebak dan saya cuma menjawab dengan pernyataan, "Bukan," dan pertanyaan, "Emang mirip ya?" Pada akhirnya, saya cuma berkata, "Sudah, baca aja. Repot amat sih."

Dan ngomong-ngomong, semakin banyak karakter yang saya ciptakan, saya semakin merasa menjadi salah satu penderita MPD. Satu penyakit yang saya rasa pernah dianggap dialami oleh sebagian besar orang yang sangat mendalami sebuah karakter.

Nah, sesi curhat selesai. Sekarang giliran Anda, pernahkah Anda menciptakan sebuah karakter/tokoh? Kalau ya, bagaimana rasanya? Miripkah Anda dengannya? Atau seratus delapan puluh derajat berbeda? Atau Anda hanya memasukkan sebagian dari diri Anda ke dalam karakter Anda? Lalu, pernahkah Anda terpengaruh oleh karakter yang Anda ciptakan sendiri? Dan jika Anda belum pernah menciptakan sebuah karakter atau membandingkan seseorang dengan karakter yang dia ciptakan, saya tidak tahu harus bersyukur atau merasa kasihan pada Anda.

Distance

on Thursday, April 28, 2011
Shakespeare said, "What's in a name?"
And I will say, "What's in a distance?"

Siapa yang tidak pernah mendengar sebait pertanyaan "Apalah arti sebuah nama?" yang diucapkan Juliet pada Romeo? Hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang pasti pernah mendengarnya, ditambah lagi dengan seringnya penggunaan quote tersebut di berbagai macam media. Dan mungkin, ketika Anda mendengar pertanyaan tersebut, secara spontan Anda akan menjawab bahwa nama itu penting. Bahwa tanpa nama, kita tidak bisa menyebut sesuatu baik makhluk hidup maupun benda mati dengan mudah. Tanpa nama, kita tidak akan memiliki label. Yea, nama itu cuma label. Sounds like peyorasi, eh?

Tapi bukan itu yang ingin saya bahas. Bukan tentang nama, tapi tentang jarak. Tidak pernah ada serentet kalimat seperti betapa tidak pentingnya jarak antar bunga yang satu dengan yang lain yang mengikuti pertanyaan "What's in a distance?" Juga tidak pernah tercatat ada scene penuh dengan mawar tanpa duri yang mengikutsertakan kalimat ini. Ini hanya sebuah pertanyaan atau pernyataan. Ada apa di dalam jarak? Apalah arti sebuah jarak? Sama seperti Anda yang akan langsung berceloteh panjang lebar tentang pentingnya sebuah nama, saya juga ingin berceloteh panjang lebar tentang jarak. Bukan dari segi kepentingannya tapi dari segi keeksisannya.

Untuk apa jarak itu eksis? Mengapa jarak harus eksis? Mengapa jarak tidak dihilangkan dari muka Bumi saja? Mustahil, saya bisa mendengar Anda menjeritkannya. Jarak eksis karena apa pun yang hidup membutuhkan jarak. Tanpa jarak, apakah Anda bisa mensyukuri tibanya sebuah paket yang telah Anda nanti-nanti dengan selamat? Apakah Anda bisa menyadari rasa lelah yang menggelayuti setelah menempuh jarak yang jauh lalu bersyukur karena bisa tiba dengan selamat? Apakah Anda bisa merasakan sensasi senangnya menelepon seseorang yang begitu jauh jaraknya? Apakah Anda bisa merasakan rindu pada seseorang yang dipisahkan oleh jarak? Dan tahukah Anda, ada pepatah mengatakan "Yang dekat akan terasa jauh, yang jauh malah terasa dekat". Dan bagaimana pepatah ini bisa muncul kalau jarak tidak pernah eksis?

What's in a distance? That which we call a far
By any other name wouldn't feel so far away

* * *

An anonym scientist made a formula: D = S x T
where D = Distance, S = Speed, and T = Time

Rumus sederhana yang biasa dijejalkan di otak anak-anak SMP. Rumus yang menyesatkan karena yang dibutuhkan untuk menghitung jarak bukan hanya kecepatan dan waktu. Bagaimana kalau ada soal cerita seperti ini: Budi menempuk jarak dari sekolah ke rumahnya selama dua jam. Kecepatan sepeda motor Budi adalah 20km/jam. Berapa jarak yang ditempuh Budi? Mungkin anak-anak SMP akan langsung menjawab, 40 km. Sebentar, sayangnya, ada yang lupa dicantumkan dalam soal tersebut. Tapi, Budi mengalami kemacetan selama satu jam. Jadi, berapa jarak yang telah ditempuh Budi? Dan tidak, saya tidak perlu jawaban Anda kecuali Anda baru saja mengukur jarak sesungguhnya yang ditempuh oleh Budi menggunakan meteran bukan kalkulator.

Saya cuma ingin mengatakan bahwa ada elemen lain yang diperlukan oleh manusia untuk menghitung jarak. Apalagi kalau yang menghitung jarak adalah manusia, bukan mesin. Manusia itu memiliki persepsi tersendiri pada apa saja yang terjadi di sekelilingnya. Siapa yang selalu mengeluhkan putaran waktu yang terlalu cepat atau terlalu lambat? Manusia. Karena bagi makhluk hidup lainnya putaran waktu itu selalu konstan, tetap, tidak pernah berubah karena tidak ada unsur percepatannya. Siapa yang menganggap bahwa suatu jarak itu jauh atau dekat? Manusia. Karena cuma manusia yang memiliki persepsi sedangkan makhluk lainnya tidak.

And I will make a formula: D = S x T + P2
where P = Perception

* * *

The distance is nothing; it is only the first step that is difficult
-Madame Marie du Duffand-

Cuap-Cuap

on Wednesday, March 30, 2011
Rasanya tidak sopan kalau saya tidak menjelaskan darimana nama Cuap-Cuap ini berasal setelah tiga tahun lebih tiga bulan saya menggunakan nama ini. Jadi, biarkan saya sedikit bercerita kali ini.

Kalau Anda tanya, "Cuap-Cuap itu tentang apa sih?", "Isinya apa?", saya bakal jawab, "Nggak tahu." Serius, sampai sekarang, saya tetap nggak tahu Cuap-Cuap itu sebenarnya tentang apa. Yea, nggak tahu tapi saya pakai sebagai label post di blog saya. Karena ketidaktahuan tersebut, saya pernah bertanya-tanya pada orang lain, apa itu Cuap-Cuap. Kayak apa sih Cuap-Cuap. Pendapat kamu tentang Cuap-Cuap apa?

Nah, kata orang, itu tentang kehidupan sehari-hari. Kata yang lain, itu apaan sih, ga jelas. Kata yang lain tapi masih orang, itu tentang curhatan gitu, kan? Terus ada lagi yang bilang, itu bacaan ringan gitu deh, pembukaan doank. Lalu ada juga yang ngaku kalau dia nggak pernah baca si cuap-cuap, selalu dilewatin gara-gara ga penting abis isinya.

Intinya?

Cuap-cuap itu nggak penting.

^ bikin krik krik, asli.

Gimana nggak? Saya ditawarin, mau nggak nulis cuap-cuap. Tapi tanggapan pembaca sama itu rubrik jelek banget. Geez. Apa? Saya belum bilang ya? Iya, Cuap-Cuap itu rubrik di sebuah majalah. Majalah apa? Nanti akan disebutkan namanya, tenang saja. Jadi, saya yang dulu masih semangat-semangatnya menulis sampai menghasilkan post setiap hari tentang Reachy Ruch, ya saya terima saja tawarannya. Setelah diterima, baru tanya-tanya orang dan seperti yang sudah dikatakan di atas, saya merasa krik krik. Saat saya baca cuap-cuap para pendahulu pun saya tidak begitu menemukan intinya. Ya, ada sih intinya. Cara nulis mereka beda-beda semua. Yang dibahas dan cara pembahasannya juga beda-beda. Gimana nggak makin bingung, eh?

Bingung banget, jelas. Apalagi saya hampir nggak pernah menuliskan sesuatu yang nyerempet-nyerempet real life, kecuali untuk tugas sekolah. Di blog pun nggak pernah. Apalagi nulis pakai sudut pandang lo-gue, gw-lu, saya-Anda, aku-kamu. Tepatnya, saya nggak pernah nulis pakai sudut pandang pertama. Selalu sudut pandang ketiga. Tapi mau nggak mau, yang namanya waktu itu terus berjalan. Tiba-tiba deadline pun datang. Dan mau nggak mau, saya harus menyerahkan sebuah naskah tulisan pada sang editor.

Hasilnya?

*tertawa hampa*

Ya, anggap saja percobaan pertama, masih baru mulai, masih coba-coba. Tapi deadline kedua pun kembali datang. Hasilnya? Better. Tapi tetap nggak memuaskan saya. Lalu deadline pun terus berdatangan sampai akhirnya deadline itu berhenti mendatangi saya. Jujur, setiap naskah yang saya kirim adalah naskah coba-coba. Selalu ada yang berbeda dari satu naskah dan naskah yang lainnya. Mungkin itu kemajuan tapi bisa juga sebuah kemunduran. Yea, saya cuma iseng mencoba-coba cara menulis dari sudut pandang pertama yang berbeda-beda.

Dan apa bedanya Cuap-Cuap di majalah dengan Cuap-cuap di blog?

Nggak jauh berbeda, sebenarnya. Cuma mungkin yang di majalah agak sedikit berbobot karena target pembacanya ribuan orang. Kalau yang di blog mungkin agak terlalu random karena ya... ini toh blog saya, kan? Suka-suka saya mau nulis apa, kan? Yea, yea, egoisme seorang pemilik blog. Dan doakan saja, saya bisa membuat post lain yang jauh lebih berbobot daripada post ini.

Amin.

(credit: HimtiMagz)

What Is Your Dream?

on Thursday, March 24, 2011
Have you ever dream?

Saya yakin, Anda pernah bermimpi dan Anda pasti punya mimpi. Mungkin istilah mimpi terlalu luas, mungkin istilah cita-cita lebih cocok untuk menspesifikan isi bahasan dari post ini. Cita-cita, suatu gambaran tentang diri Anda sendiri di masa depan. Sesuatu yang biasa ditanyakan pada anak-anak saat masih kecil. Suatu pertanyaan yang pasti memiliki jawaban, sama seperti pertanyaan-pertanyaan normal yang ditujukan pada anak-anak. Dan apa jawaban Anda dulu? Saat usia Anda masih satu digit, saat dunia tidak terlihat seribet dunia orang dewasa. Mungkin, jawaban Anda berkisar pada jawaban seperti dokter, pilot, pramugari, insinyur, atau astronot? Jenis-jenis pekerjaan yang terlihat menyenangkan.

Lalu ketika usia Anda memasuki awal kepala satu, pertanyaan ini akan kembali ditanyakan. Apa cita-cita Anda? Usaha apa yang akan Anda lakukan untuk mencapainya? Mungkin, pada titik ini Anda akan mulai memikirkan cita-cita Anda dengan lebih serius. Anda akan mulai belajar melihat dunia orang dewasa. Bahwa cita-cita Anda saat masih berusia satu digit tak bisa semudah itu untuk diraih. Bahwa ada proses yang harus dilakukan untuk mencapai cita-cita Anda. Atau masih belum?

Belum atau sudah, usia Anda akan terus bertambah. Usia Anda kini memasuki pertengahan kepala satu dan pertanyaan tentang cita-cita menjadi lebih serius lagi. Pada titik ini, Anda akan mulai menyadari bahwa cita-cita takkan bisa seindah cita-cita saat usia Anda masih satu digit. Proses untuk meraih cita-cita sama sekali tak mudah. Banyak halangan yang rasanya terlalu besar untuk Anda hadapi. Dan mungkin, cita-cita Anda mulai terbelokkan di sini. Anda mulai mencoba realistis. Anda menurunkan cita-cita Anda yang terlalu tinggi, membuatnya terlihat lebih mudah untuk dicapai. Cita-cita masa kecil Anda pun berubah menjadi mimpi yang sesungguhnya. Begitu dekat tapi tak bisa dimiliki.

Tapi Anda sudah tak bisa mundur lagi. Masa depan telah menunggu Anda. Entah apakah masa depan ini menjanjikan atau tidak, entah menyenangkan atau tidak, entah bisa membuat Anda kaya raya atau tidak, dan ratusan entah lainnya. Entah bagaimana akhir dari kisah Anda nantinya. Pada akhirnya, hanya akan ada pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan setiap saat.

Am I rich enough?

How to expand my business?

How to get more and more money?

Why are there so many task I have to do?

...

Am I happy now?

Miracle

on Sunday, March 20, 2011
They said miracle, I said mukjizat.

Yeah, saya tahu itu sama.

Dan Anda tahu? Saya takkan membuat sebuah post yang panjang lebar seperti biasanya. Singkat saja, karena saya juga tidak ada ide atau niat untuk menuliskan keseluruhan hal yang bisa disebut dengan mukjizat. Eventhough every people said that you have to spread the miracle to everyone, I still don't want to do it. Yeah, Anda bisa menyebutnya egoisme. Well, egoisme yang mungkin hanya akan bertahan selama beberapa saat karena suatu saat kisah ini, cerita ini pasti akan beredar, berbaur dengan berbagai macam kisah nyata tentang fakta bahwa mukjizat itu nyata.

That my life is amazing.

That God is really amazing.

Selanjutnya, post ini hanya akan berisi curhatan setengah-setengah karena seperti sudah dikatakan di atas, egoisme saya masih tinggi :-" Jadi, sebagai seseorang yang tidak terlalu peduli pada tanggal, ada satu tanggal yang teringat oleh saya. Satu tanggal yang merupakan tanggal ketika seseorang bertambah umur, saat yang seharusnya membahagiakan, menyenangkan, dan penuh dengan sukacita. Tapi buat saya (dan buat keluarga saya, tentu), tanggal itu sama sekali tidak menyenangkan. Tak ada sukacita, tak ada senyum, tak ada tawa. Anda tahu? Ini adalah tanggal yang tepat untuk mema...njatkan doa dan pasrah kepada Tuhan di atas sana.

And the miracle really happen.

Delapan belas dibagi tiga sama dengan dua dikali 011.

18-03-2011.

Tanggal yang menandai bahwa kuasa Tuhan benar-benar bekerja. Well, saya hanya ingin mengabadikan tanggal ini, untuk mengingatkan saya supaya makin semangat memberantas pikiran-pikiran negatif \m/ Dan harus saya akui, post ini terlambat dibuat semata-mata karena satu alasan yang disebut dengan malas.

See ya =D

Review

on Sunday, March 13, 2011
[Masukkan umpatan terkasar yang Anda miliki ke sini karena biarpun saya ingin memaki-maki, saya tidak tahu jenis umpatan apa yang harus saya gunakan.]

What an opening, eh?

HAHAHA.

Bukan, ini bukan tanda-tanda stres, ini tanda-tanda depresi. Apa? Sama saja? Beda, beda. Stres itu lima huruf dan depresi itu tujuh huruf. Mana yang lebih parah? Entahlah. Bisa yang panjang, bisa yang pendek. Tidak jelas? Memang. Secara tiba-tiba saja, saya ingin menuliskan sesuatu di blog dan karena internet menyala dan yang harus dilakukan hanya menekan tombol ctrl+t, klik deretan bookmark, klik new post, jadi tak ada salahnya kalau saya melakukan draft ketiga yang entah selesai atau tidak. Kelihatan betapa depresinya saya? Dua draft tidak ada yang selesai. Tragis memang nasib kedua draft itu.

Nah, apa kira-kira yang akan membuat draft ketiga ini sukses? Ada beberapa alasan. Satu, saya sedang menggaje. Dua, saya mengantuk. Tiga, saya bosan. Empat, topik yang dipilih pada draft ini tidak seberat di dua draft sebelumnya. Lima, mari masuk ke intinya saja, supaya basa-basinya tidak terlalu panjang sekaligus untuk menurunkan semangat Anda men-scroll halaman blog ini sebanyak mungkin. Enam, bagaimana kalau saya lupa apa yang mau saya tulis sekarang?

Mampus lu, mampus!

-__-

Ceritanya, saya sedang jenuh, bosan mengetik, film sudah habis semua, di luar hujan deras, dan internet cuma setengah mendukung saya menggaje. Pilihan yang tersisa tinggal dua, baca atau tidur. Baca di sini masih terbagi menjadi beberapa cabang. Baca buku yang benar-benar buku atau baca buku-bukuan atau baca post orang atau baca berita atau... baca apapunlah. Tahu apa itu baca, kan? Tidak tahu? Kasihan, ckck. Tanya om google sana. Dan saya memilih untuk membaca blog sendiri, ngomong-ngomong.

NARSIS WOOO!
WOOOOOOO!
WOOOOO!
WOOO!
SST!

Jadi, kalau dilirik lagi, blog saya itu dibuat pada tanggal 28 Desember 2007. Jadi, usianya sekarang sekitar 3 tahun lebih 3 bulan. Dan kalau dilihat dari statistik jumlah postnya, tahun 2008 adalah masa di mana saya paling produktif. Sembilan bulan diisi dengan sebuah kisah lama yang namanya saya abadikan jadi nama blog ini. Kisah yang setiap ditulis ulang, jalan ceritanya pasti berubah, tokoh-tokoh sampingannya semakin banyak bermunculan, sifat setiap karakter berubah-ubah. Kisah yang teramat labil, sebenarnya. Sampai-sampai saya cuma benar-benar bisa mengingat tentang dua tokoh utamanya saja. Si protagonis dan si antagonis. Itupun pasti mengalami perubahan lagi (kalau saya berminat menuliskannya kembali). Sisanya? Pasti berubah lagi kalau saya tulis ulang, percayalah.

Nah, kalau di bagian cerita ada dia, di bagian agak normal ada post-post yang berlabel Cuap-cuap. Ada yang penasaran darimana asal mula nama Cuap-cuap? Tidak? Oke, saya juga tidak mau cerita, bweee! Nah, kesan saya membaca post-post berlabel Cuap-cuap zaman baheula, saya merasa... wow. It's soooo different. Penggunaan emoticon, penggunaan kata yang sangat tidak EYD sekali, penggunaan sudut pandang, lalu isi post yang benar-benar beragam (tepatnya, tidak saya sangka bahwa saya akan menulis itu! saya shock, btw). Dulu saya labil, pertama pakai 'gw' lalu pindah ke 'aku' ganti ke 'saya' sempat mengalami salah tuts keyboard jadi 'saia' dan sekarang kembali menggunakan 'saya'. It's funny, actually.

Ngomong-ngomong, saya baru saja menemukan varian lain dari penggunakan kata ganti orang pertama, yaitu 'ak'.

Still, it's funny! (rofl)

Dan kalau dilihat dari cara penulisan, juga sangat berbeda jauh. Dulu... lucu (rofl), sekarang... serius? Dulu tidak terikat aturan EYD dkk, sekarang... kaku? Dulu apa saja diceritakan, sekarang... pilih-pilih topik? Dunno, you see it, you judge it. Terserah apa pendapat Anda, tapi saya senang punya blog yang masih bertahan selama 3 tahun 3 bulan walaupun cuma sepertiga hidup. Setidaknya, saya bisa ketawa-ketawa gaje sendiri di depan layar komputer saat menemukan berbagai macam penulisan yang sekarang disebut dengan istilah... alay?

Walaupun saya tetap tidak merasa kalau itu alay sih.

Kan masih bisa dibaca dengan mudah tanpa harus melakukan dekripsi pada sekumpulan huruf kecil, kapital, dan angka yang disatukan menjadi kalimat :-"

Dan... sampai di sini saja. Terima kasih sudah membaca review kecil-kecilan, asal-asalan, yang ditulis oleh seorang penulis iseng, dengan tujuan setor tampang di blog dan memuaskan keinginan untuk posting setelah dua draft sebelumnya gagal total.

See ya :D

...
..
.

Apa? Saya cuma kangen mencantumkan emoticon :D di akhir post kok :-"

Farewell and Greeting

on Monday, March 07, 2011
What? Farewell again?!

Calm down, please. Tsk.

Okay.

Dan... tidak, mari gunakan bahasa Indonesia saja. Mata saya lima watt dan otak saya juga butuh istirahat, jadi post dengan bahasa Inggris hanya akan membuat post—yang sudah kacauini makin terlihat kacau dan makin tidak layak dibaca. Dan... tidak, saya tidak sebegitu cintanya pada perpisahan sampai-sampai menggunakan sepatah kata tersebut sebagai bagian dari judul post saya lagi. Hanya saja... perpisahan selalu menjadi cerita tersendiri yang menyenangkan untuk dinikmati, kan?

Apa? Tidak?

Jadi, cuma saya yang suram? Oke! #ganyante

Nah, karena Anda yang minta, saya akan mengulas perpisahan dari sudut pandang suramnya. Suram sesuram-suramnya sampai-sampai Anda akan dibanjiri oleh perasaan simpati yang meluap-luap dan pada akhirnya, Anda akan menghadiahkan sumpah serapah lengkap dengan makian-makian andalan pada si perpisahan ini. Proteslah, mengapa harus ada perpisahan. Proteslah, mengapa perpisahan itu harus eksis. Proteslah, mengapa Anda tidak bisa menghindar dari perpisahan.

Maunya sih begitu.

Berbahagialah kalian karena saya sedang tidak bisa menyuram.

Jadi, greeting atau bahasa lainnya, pertemuan. Jangan tanya mengapa lawan kata dari farewell adalah greeting, bukan meeting atau kata lain yang mungkin terpikir oleh Anda. Karena itu bukan ide saya, tapi ide Google. Oke, pertemuan ini sebenarnya adalah saudara kembar dari si perpisahan. Mereka tidak bisa dipisahkan dan sifat mereka identik. Biarpun satu-satunya alasan mengapa mereka tidak bisa digolongkan sebagai anak kembar adalah waktu lahir mereka yang biasanya berbeda cukup jauh.

Pertemuan.

Bisakah Anda menduga kapan akan bertemu dengan seseorang atau sekelompok orang? Bisakah Anda menduga kapan akan bertemu dengan sahabat terkarib Anda sekarang? Bisakah Anda menduga bagaimana sebuah pertemuan kecil menjadi sebuah hubungan yang sangat kuat? Bisakah Anda mengetahui apakah sebuah pertemuan akan membawa efek tawa berkepanjangan atau sedih yang berlarut-larut? Bisakah Anda menebak pertemuan macam apa yang akan Anda hadapi? Bisakah Anda... ssttt, saya tidak bertanya pada seorang peramal, ngomong-ngomong. Saya bertanya pada orang biasa yang tidak tahu seperti apa masa depannya.

Perpisahan.

Pertanyaannya tidak berbeda jauh dengan pertanyaan yang telah diungkapkan di bagian 'Pertemuan'. Cukup mengganti kata 'temu' dengan 'pisah' saja. Inilah mengapa saya menganggap mereka sebagai anak kembar. Mereka sama-sama tidak bisa diduga kapan datangnya, sama-sama tidak bisa ditebak akan menjadi seperti apa, sama-sama tidak bisa dikira-kira apa efeknya. Pertemuan tidak selalu sama dengan senang dan perpisahan tidak selalu sama dengan sedih. Ada pertemuan yang menyebalkan dan menyedihkan, ada juga perpisahan yang menyenangkan. Ada pertemuan dan perpisahan yang akan terus terpatri di ingatan walaupun sekian tahun telah berlalu, tapi ada pertemuan dan perpisahan yang akan dilupakan dalam hitungan detik. Ada pertemuan yang segera disusul oleh perpisahan, ada pertemuan yang tak kunjung menemui perpisahan.

Dua hal yang berbeda tapi mirip, menurut saya.

Dan... sebenarnya saya ingin menutup post ini dengan dua patah kata 'See ya' seperti biasa. Tapi saya ingin belajar membuat suatu penutup yang lebih layak. Tapi masalahnya, mata saya sudah berubah menjadi 3 watt. Dan lebih parahnya lagi, kasur saya sudah memanggil-manggil. Begitu juga dengan internet yang tidak mendukung saya untuk begadang. Jangan lupa ada... oke, intinya, saya butuh tidur. Jadi...

See ya.

Life Goes On

on Thursday, March 03, 2011
Halah.

(belum apa-apa kok sudah halah, lho.)

Anggap saja, saya sedang terkena virus galaunista saat mengetik postingan ini. Anggap saja, saya sedang terkena virus melankolis saat menarikan jemari di atas keyboard. Anggap saja, saya sedang meng-out of character-kan diri sendiri saat ide post ini terlintas. Anggap saja, saya sedang... sedang... sedang absen di blog yang kemarin sempat ter-update dengan kecepatan kilat ini.

Kisah pun dimulai dengan sebuah dialog.

"Nanti mau masuk SMA mana?"

Mungkin bagi sebagian besar remaja, pertanyaan ini tidak terlalu memusingkan. Ini bisa dianggap pertanyaan angin lalu yang tingkat keseriusannya tidak berbeda jauh dengan "Mau masuk SD mana?" Tapi bagi beberapa anak yang punya banyak pilihan dan... mungkin punya banyak mimpi serta... mungkin punya something, pertanyaan itu sudah cukup memusingkan. Pilihan yang akan menentukan di mana Anda akan menuntut ilmu selama tiga tahun itu cukup berat, lho.

Selanjutnya.

"Mau kuliah di mana? Jurusan apa?"

Berani jamin, pertanyaan ini terasa sangat memusingkan bagi anak-anak SMA yang sedang berjibaku dengan try out dan berbagai macam pelajaran tambahan sebagai persiapan menghadapi UAN. Tingkat keseriusan pertanyaan ini sudah bisa digolongkan menjadi sangat serius. Tempat kuliah sendiri sudah memusingkan. Belum ditambah dengan jurusan yang harus dipilih. Pilihannya bukan cuma dua atau tiga pula (IPA, IPS, dan Bahasa). Pilihannya ada sangaaaaaaat banyak. Satu fakultas saja sudah mencakup belasan jurusan. Dan di satu kampus, belum tentu hanya ada satu fakultas. Dan jumlah fakultas yang bisa dipilih itu bukan cuma sembilan tapi puluhan. Nah lho.

Berikutnya.

"Sudah 5k121p51? Kapan 51d4n9?"

Nah ini. Oke, tidak semua jurusan memiliki 5k121p51 sebagai tugas akhir dari masa kuliah selama bertahun-tahun. Tapi setidaknya, hampir semua mahasiswa merasakan ini. Kelanjutan dari proses 5k121p51 adalah 51d4n9. Membuat 5k121p51 saja sudah susah dan memusingkan karena belum tentu suatu topik bisa langsung disetujui. Proses pembuatannya saja sudah membuat mahasiswa seperlima hidup, seperlima tewas, seperlima putus harapan, seperlima hura-hura stres, seperlima [isi sesuka hati Anda]. Belum lagi ditambah dengan jadwal 51d4n9 yang entah kapan keluarnya. Apalagi, biasanya jadwal 51d4n9 ini begitu menyebalkannya sampai keluar di saat yang tidak terduga dan menyebabkan guncangan panik dadakan bagi para calon-calon terdakwa.

Selesai? Belum, belum.

"Sudah kerja? Kerja apa? Di mana? Gajinya berapa?"

Oke, selesai.


PS: Racauanista.

Happy Ending

on Friday, February 25, 2011
Hi.

Don't... don't give me that surprised face.

It's me who should be surprised. Three posts in four days? Wow. So... let me try my English in this post. Let see how long I can make... some words.

Nah, this post is insprired by a film I watched yesterday, A Crazy Little Thing Called Love. A Thailand film that I never really want to see if there is not so much people said that this film is very good. And... indeed, it's good. Laugh in the first, some tears in the middle, and wide smile in the end. Just because of... love. Crazy? Yes, it is.

The film starts with a little girl that isn't pretty enough until she called 'ugly-duckling'. And just like every teens, she likes a handsome boy... errr no, it's cute not handsome. And she likes him very much like a normal teens. She tried everything she can to get his attention. Hypnotising (...rofl), giving chocolate, joining a (fail) drama club, rubbing her skins (...rofl), getting a failed call (...still rofl), being a drum major, and so on. But it's not working. That cute boy still didn't give enough attention to her and... here it is. That cute boy's friend. A handsome boy that likes to flirt to any girls he met. However, her love to that cute boy is too much, make her didn't realize how much this handsome boy loved her. She is still fighting to get that cute boy attention... that still, it's not working.

Until here, I think, it will be a sad ending.

Or... just an ending.

But no, it's a happy ending. Really really happy ending. A first love that never go anywhere and stay still after many years. It's amazing although I didn't believe in first love... in reality. Well, in a story, everything can be make, right? Ah yeah, human is confusing (me too *straighface*) and everything could be happened how impossible it is, I know.

So... the happy ending. An ending that hoped by everyone. An ending that wanted by everyone including me. However, life taught me that happy ending can't happen everytime you want it. There is always the sad ending or just an ending. That is reality. You can't achieve what you want everytime. You are not the one who can control everything that happened around you. So, there is no happy ending. There is just an ending or... sad ending.

Gloomy? It is.

Yea, yea, there is time when I don't believe in happy ending. Maybe this is the reason why I never really make a happy ending story (:-"). But, life taught me more. That happy ending is exist. That sad ending and an ending just an intermezzo when you fight to get the happy ending. That life isn't so gloomy. That life can be cheered up. That life is need to be enjoyed. Well, maybe I'll try to make a really happy ending story after this.

Maybe.

And... this english post makes me hungry. See ya.

22-02-2011

on Tuesday, February 22, 2011
Well, hi.

Setelah sekian lama tidak bermain ke blog sendiri, tidak melihat-lihat fasilitas pengaturan yang baru ditambahkan (yea, mungkin sudah lama, tapi saya baru lihat), dan tidak memposting sesuatu yang bisa dibaca, akhirnya saya memutuskan untuk membuka-buka lagi dan memilih tab `Entri Baru`. After 4 months. Wow.

It's amazing...

...for me.

Dan seperti para penulis lain yang kagok menulis setelah lama tidak menulis, saya juga mengalami hal yang sama. Empat bulan, hei. It's very long. Biarpun angka empat bulan ini lebih singkat dari waktu dua tahun sebelumnya di mana saya benar-benar vakum nulis, vakum ngarang, vakum berimajinasi, menggaje setiap hari, dan lain-lain yang tidak perlu disebutkan lebih banyak lagi. Tetap saja empat bulan itu lama. Itu seperti coder yang tidak coding selama empat bulan dan melupakan semua sintaks yang diperlukan.

Ya tapi bohong sih.

Mau ngapain saya vakum nulis selama empat bulan di saat game online tidak lagi menarik untuk dimainkan? Nah, ini agak bodoh, sebenarnya. Bayangkan, setelah spesifikasi komputer diupgrade, bukannya diisi dengan game online yang instalernya saja sudah bergiga-giga dengan grafik yang super keren, komputer yang sudah ter-upgrade ini cuma dipakai buat ngetik di notepad, Microsoft Word, dan web browser. Bodoh nggak sih? Nggak lah ya.

Cause it's a passion.

Oh yea, I can hear you say, "Buuu!"

But, hey, it's 100% serious. Karena katanya, kalau melakukan sesuatu sesuai dengan passion, sesuatu yang sedang dikerjakan itu akan mencapai hasil maksimal. Kalau dikerjakan tanpa passion, ya hasilnya segitu-segitu aja. Dan tahu darimana saya mendapatkan kata-kata bijak ini? Saat sedang wawancara menggunakan bahasa Inggris yang berakhir dengan phail sangat. Tragis? Tragis memang. Tapi yasudahlah. Kata pepatah, pengalaman adalah guru yang paling berharga, kan?

Nah, jadi... sampai di mana tadi?

Oh ya, track record menulis saya. Biarpun blognya nggak pernah diupdate, hampir setiap hari saya menulis kok. Hampir bukan berarti setiap hari ya. Ya biarpun ini passion, penulis kan tidak bisa menulis terus lah ya. Ada kalanya penulis kehabisan ide untuk menulis apa. Penulis juga bisa jenuh, apalagi setelah pemerasan otak yang bertubi-tubi untuk menulis ribuan kata. Nah, saya juga pernah diberitahu begini, penulis itu bekerja saat liburan. Karena saat liburan, pikiran lebih rileks, imajinasi jalan, kata-kata pun mengalir. Kalau menulis di saat stres? Wah... hancur deh tulisannya.

Oke, jadi ini post tentang apa?

Don't you see the label?

Cuap-cuap.

Yea.

Ini adalah post berisi cuap-cuap si pemilik blog, tentu saja.

Dan terakhir (oke, saya tahu kamu senang post ini akan berakhir, tapi jangan heboh kenapa?), tujuan dari post ini adalah untuk mencatat tanggal bersejarah sekaligus untuk melakukan update di blog ini, supaya blog ini kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan... biarpun cuma sedikit sih. Tanggal bersejarah apa? Well, 5k121p51 is finish. Alay? Ya sekali-sekali, bolehlah.

See ya.

I am writing!

on Tuesday, May 11, 2010
Yeah, I don't need you to tell me how unconsistent I am. Pertengahan Maret, saya sudah membulatkan tekad untuk kembali menulis. Dan tanggal berapa sekarang? Yap, 11 Mei. Hampir dua bulan, eh?

Sebenarnya, sebelum bulan keempat berakhir, saya sudah ingin posting. Tapi, belum ada ide yang cukup menarik. Apa sekarang ada ide? Nggak juga. Cuma lagi pingin iseng mengisi blog. Mungkin sekadar memberitahu aktivitas saya, setelah hampir dua bulan menghilang setelah pembulatan tekad. Okay, I should say it. Sudah sekitar dua minggu lebih, saya mulai konsisten nulis, eh ngetik.

Pernah dengar Role Play Forum? RPF bukan RPG. Saya pernah mendengarnya kurang dari setahun yang lalu, lebih tepatnya bulan Juli 2009. Lebih tepatnya lagi? Err, lupa. Tapi, saat itu saya yang masih kecanduan berbagai macam game yang membutuhkan internet (baca : game online), belum terlalu berminat. RPF yang saya tahu pertama kali adalah IndoHogwarts. Seperti namanya, RPF ini berdasarkan dunia yang diciptakan oleh J. K. Rowling. Sebagai pecinta Harry Potter, seharusnya saya tertarik. Tapi, racun game memang teramat sulit ditolak. Jadi, saya lewatkan saja kesempatan mendaftar ke Hogwarts saat itu.

Sepuluh bulan berikutnya, entah ada angin apa, ada yang mengatakan pada saya, bahwa pendaftaran IndoHogwarts dibuka lagi. Tertarik? Sedikit. Sudah mulai memikirkan nama, visualisasi. Tapi, masalahnya, saya lebih tertarik pada visualisasi Asia, sedangkan di IndoHogwarts, dibutuhkan semangat juang 45 untuk mendapatkan jatah itu. Sampai di situ, keinginan untuk menulis kembali memang belum begitu muncul. Apalagi, di hari pembukaan pendaftaran IndoHogwarts, yang cuma satu hari, saya tidak menyentuh internet sama sekali. Jadi? Batal, jelas.

Baru beberapa hari setelahnya, di tengah-tengah kebosanan yang menyiksa, saya sedikit menyesal. Kenapa tidak maksa daftar saja dulu. Toh, ada yang bisa diminta mendaftarkan (lalala~). Lalu, saya diberitahu bahwa ada RPF lain yang juga bercerita tentang sekolah sihir, hanya saja ber-setting di Jepang, akan membuka pendaftarannya beberapa hari lagi. RPF kali ini, namanya Ryokushoku o Obita, biasa disingkat Ryokubita.

Nah, berbeda dengan IndoHogwarts yang rata-rata visualisasinya diisi oleh wajah-wajah barat, di sini, lebih diisi oleh wajah-wajah Asia. Senang? Tentu. Tapi, kebalikan dengan IndoHogwarts yang rata-rata namanya memang barat, di Ryokubita yang settingnya Jepang, tentu saja, kebanyakan namanya adalah nama Jepang. Sedikit mentok di sini. Sudah berapa tahun berlalu? Masa di mana hidup saya diisi oleh manga, anime, belajar bahasa Jepang dasar. Dan kecintaan saya pada Jepang sudah cukup luntur. Secara saya selalu mentok ketika membuat cerita dengan tokoh utama bernama Jepang.

Akhirnya, diberi ide, katanya, selipin aja nama tengah yang barat, terus ditulis pakai inisial. Nice idea. Nama depan dan belakang? Depan sudah dapat sih, biarpun aslinya tidak berbau Jepang, bisa dimodifikasi sedikit. Belakangnya? Ribet. Maklum sudah bosan dengan nama keluarga Jepang yang rasanya, mirip semua bunyinya dan cukup pasaran. Sudah hari pendaftaran, masih saja belum kepikiran. Akhirnya, kepepet, ambil nama yang biasa dipakai sajalah.

Nama selesai. Lalu, juga sudah minta tolong didaftarkan dulu karena lagi-lagi saya berhalangan untuk menyentuh internet. Then, dimulailah keaktifan saya kembali dalam bidang mengkhayal dan berimajinasi. Kaku di awal, jelas. Sadar koq, sejak mengenal game online, frekuensi saya menuangkan imajinasi ke dalam tulisan, benar-benar semakin berkurang.

So? Will you pray for me that this spirit will never die? At least, until I can make a new story again?

Buat yang penasaran. Namanya, Riki Celeste Mikagami.

Games : Buang Waktu atau Melepas Stres?

on Sunday, March 14, 2010
A game is a structured activity, usually undertaken for enjoyment and sometimes used as an educational tool. (sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Game)

Ketika menulis, tulisan ini, terus terang, otak saya sepertinya sedang tidak pada tempatnya atau lagi hang atau entahlah. Saya menemukan beberapa hal tentang game dari sumber yang sama, wikipedia. Jangan protes kalau saya menggunakan wikipedia sebagai sumber. Ini satu-satunya website yang saya tahu akan langsung memberikan definisi dari sebuah kata games. Bisa Anda baca sendiri di sumber yang saya berikan, apa itu game sebenarnya?

Buat saya, game adalah salah satu sarana untuk melepaskan stres. Dan game memang terkenal untuk hal yang satu ini. Walaupun ada game yang cukup bikin stres karena membutuhkan konsentrasi dan daya pikir yang lumayan. Tapi, game yang seperti ini cukup membantu otak kita untuk berolahraga dengan sukarela, dibandingkan harus memikirkan berbagai macam pekerjaan yang lain, game tentunya lebih menyenangkan, kan? Of course. That's way game is invented, I think.

Tetapi, sebagai seseorang yang bisa dibilang cukup kecanduan pada berbagai macam game, saya merasakan sesuatu yang berubah dari tujuan game tersebut. Okay, to the point, I refer to facebook game. Saya termasuk orang yang suka mencoba game-game baru di facebook. Dan semakin saya mencoba berbagai jenis game, semakin saya tidak mengerti. Untuk beberapa game, it's feel like a wasting time. Benar-benar buang waktu. Satu, dua jam, tiba-tiba sudah berlalu tanpa merasa bahwa saya telah melakukan sesuatu. Untuk beberapa game lain, saya juga merasakan seperti dikejar-kejar waktu. Ingin cepat-cepat login facebook, hanya untuk main. What the...?

Dan game-game ini juga tidak memberikan perkembangan apa-apa untuk saya. Yang ada malah waktu habis dalam sekejap sementara saya masih punya banyak hal untuk dilakukan. Saya juga tidak habis pikir. Beberapa gameplay-nya benar-benar amat sangat simple dan benar-benar tidak dibutuhkan uang nyata untuk memainkannya. Apa yang didapat developer-nya setelah usaha untuk membuat, me-maintenance, dan melayani permintaan-permintaan pemain? Lalu, apa pula yang sebenarnya didapat oleh pemain-pemainnya? Dan yang saya tidak mengerti, mengapa saya tidak bisa berhenti memainkannya walaupun rasa bosan itu sudah menumpuk dan menginginkan sesuatu yang fresh?

Entah kenapa game-game seperti ini membuat saya merenung. Ujung-ujungnya saya cukup merasakan beban yang membuat saya sedikit merasa stres. Waktu habis, kerjaan numpuk, bosan. What a game. Mungkin saya hanya butuh usaha dan tekad yang lebih kuat untuk melepaskan diri dari jeratan game-game yang tak berguna. Huff..

Talents and You

on Friday, January 22, 2010
Huwah.. Udah hampir 3 bulan ga posting.. hehe.. Gara-gara ga ada topik yang melintas di otak + tak adanya waktu untuk mencari inspirasi =p

Beberapa hari ini, sejak maraton tugas, proyek, dan ujian praktek dimulai, entah kenapa ada sesuatu yang terus melintas di otak saya. Itu adalah sebuah kalimat yang diucapkan oleh seorang tokoh bernama Ueki dari komik "The Law of Ueki". Agak-agak lupa gimana kalimatnya yang sebenarnya, intinya kurang lebih seperti ini : "If you lack of talent, you just need to try harder". Kalau Anda merasa kekurangan talenta, Anda hanya perlu untuk berusaha lebih walaupun tingkat kesulitannya jelas berkali-kali lipat dibandingkan bila Anda sudah mempunyai talenta.

Intinya, jangan mudah menyerah. Yang dicontohkan di dalam komik tersebut adalah talenta lari yang sebelumnya dimiliki Ueki. Tetapi, tiba-tiba saja karena suatu hal, talenta itu diambil darinya. Ueki yang sebelumnya mampu untuk berlari cepat sekarang tak mampu lagi. Tapi, pada titik itu, dia tidak menyerah dan berusaha lebih keras untuk menyelesaikan putarannya.

Mungkin hal inilah yang sedikit memberi saya semangat untuk terus berusaha sampai akhir, menyelesaikan semua tugas, proyek, dan ujian. Harapannya, di akhir, saya bisa tersenyum puas menatap hasilnya tanpa ada penyesalan "kenapa saya tidak berusaha lebih lagi?".

Bicara tentang talenta, mungkin Anda sering merasa iri dengan orang lain yang diberi anugrah talenta yang lebih. Anda terus menerus berpikir, seandainya saya jadi dia, seandainya saya adalah si itu, seandainya, seandainya, dan seandainya. Kebetulan juga, saya baru saja selesai membaca sebuah komik berseri berjudul "Fruits Basket". Salah satu komik dengan beragam masalah dan penyelesaiannya. Salah satu inti yang bisa saya ambil adalah be yourself. Jangan pernah mencoba menjadi orang lain. Hal seperti itu tidak akan membuahkan apa-apa, malah menggerogoti diri Anda sendiri.

Mm.. Jadi, ketika Anda ingin berusaha keras untuk melakukan sesuatu, ada baiknya Anda sadar, ada sesuatu yang walaupun sudah berusaha sekeras apapun, tidak akan bisa dicapai. Diri Anda sendiri adalah sesuatu yang unik, yang tidak akan bisa disamai oleh orang lain. Jadi, percaya dirilah :D

Sekian~ Singkat, ya? >.<

welcome back!

on Thursday, September 10, 2009
Yo~

Setelah sekian lama -setahun lebih 2 hari tepatnya-, entah kenapa saia tergoda untuk posting ke blog -yang sudah tak terurus- ini kembali. Hanya sekedar posting iseng-iseng, karena saia sedang tidak punya bahan untuk diceritakan kepada kalian semua =p

Mm.. Seperti judulnya, saia hanya ingin mengucapkan "welcome back!" kepada diri saia sendiri atas kembalinya minat saia untuk menulis =p Semoga minat ini diikuti ide untuk melanjutkan cerita yang telah terhenti ini. However, don't hope too much~ hohoho..

A Week, Full Of Suffer

on Monday, February 18, 2008
13 hari di Semarang, tidak semuanya indah. Malah menurut saya, seminggu yang penuh penderitaan. Berkali-kali, mood berubah menjadi sangat buruk tanpa bisa dikendalikan. Kalaupun kendali berhasil dipasang, kendali itu hanya bertahan beberapa saat, beberapa jam kemudian, kendali itu lenyap tak berbekas.

Kendali yang tak mau terpasang dengan benar itu otomatis membawa pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar. Anda tahu sendiri bagaimana rasanya ketika mood benar-benar rusak tanpa alasan yang cukup jelas. Orang-orang di sekitar Anda pun, pasti terkena imbasnya.

Saya benar-benar berharap, minggu itu selesai di hari minggu kemarin. Tapi, kenyataannya, minggu itu tidak selesai, malah membawa sebuah babak penderitaan baru yang rasanya baru akan selesai setelah waktu yang cukup lama. Apakah sampai saat itu, mood akan bisa dikendalikan? Apakah sikap yang biasanya sangat dipengaruhi oleh baik buruknya mood itu bisa dikendalikan, sehingga tidak merugikan orang lain dan saya sendiri?

Saya hanya bisa berusaha. Dan salah satu alasan kenapa sampai jam setengah dua ini, saya sama sekali tidak ada niat untuk tidur, juga dipengaruhi mood jelek yang rasanya ingin sekali ditarik keluar, lalu dibuang, supaya hati ini terasa sedikit tenang. Supaya pekerjaan yang akan dilakukan keesokan harinya pun tidak terganggu.

NB: Tidur nggak, ya...?

Wanna meet my family... >.<

on Saturday, December 29, 2007
Jam sudah menunjukkan pukul 23.17. Hari ini terasa cepat sekali berakhir. Keluargaku sedang berada di dalam bis, dalam perjalanan menuju ke sini. Mungkin mereka akan tiba di sini jam 6 pagi nanti. Mama sudah menyuruhku tidur. Tapi, memang pada dasarnya aku nggak bisa tidur jam 11 an, jam segini pun aku belum tidur.

Walaupun belum ingin tidur, aku cemas, esok aku tidak bisa menghadapi hari yang akan dilalui dengan jalan-jalan di mall seharian. Tinggal 6 setengah jam keluargaku datang. Perlukah aku countdown?

Malas memikirkan hal itu, lebih baik aku bermain ayodance. Entah apa gunanya hidup ini. Tidur, mandi, makan, main. Begitu seterusnya.

One Day has passed

Hari ini serasa berlalu dengan begitu cepat. Bangun udah siang. Makan, maen seal, terus jalan-jalan ke CL dengan tujuan menemani seseorang yang mau beli sandal. Tujuan awal, habis jalan-jalan mau nonton. Tapi, berhubung tidak ada film yang sreg bagi semuanya, alhasil, kami gak jadi nonton.

Yang membahagiakan hari ini adalah barang-barang dagangan gw laku keras. Yang bikin tambah bahagia, slot-slot kosong di item character-character gw, bertambah. Benar-benar 1 hal yang membahagiakan.

Udah jam segini, pinginnya tidur, tapi koq males yaw? Padahal mata juga udah pedes, kepingin tidur. Maen dulu bentar deh.

Ohayou~~

First Post~~

on Friday, December 28, 2007
Hellow~~!!
My first posting~~
Hope I will ready to make my own blog~~ ^^