Have you ever create a character?
Sebagai seorang penulis yang tidak hanya bergelut dalam bidang percurhatan dan pergajean serta perandomisasian, beberapa kali saya pernah mendapatkan pernyataan yang sama. Pernyataan ini ada hubungannya dengan karakter-karakter yang pernah saya ciptakan, saya dalami, dan saya gali, serta saya tentukan jalan hidupnya. Pernyataan ini juga berhubungan dengan mitos bahwa karakter pertama yang diciptakan oleh seorang penulis adalah citra dari sang penulis sendiri.
"Si A ini mirip sama lu, ya."
Pernyataan ini membuat saya bertanya dan berpikir, "Masa sih?" Karena saya hampir tidak pernah membanding-bandingkan karakter yang saya ciptakan dengan diri saya sendiri. Sebut saja karakter-karakter yang sudah muncul di blog ini, Reachy, Riki, dan Resse. Kalau dilihat lagi ke belakang, karakter yang sudah bersama saya selama bertahun-tahun itu Reachy. Dan miripkah dia dengan saya? Tidak. Setidaknya, saya tidak merasa begitu walaupun ada beberapa orang yang bisa melihat kemiripannya. Lalu yang kedua, Riki. Miripkah saya dengannya? Banyak orang bilang, "Nggak! Beda jauuuuuuuh banget!" Mendengar ini, saya cuma bisa bersyukur karena itu berarti saya tidak sesuram Riki yang hidup segan mati pun tak mau. Lalu terakhir, Resse. Banyak orang bilang, ini karakter yang sangat mencerminkan saya banget. Iyakah?
Kalau Anda bertanya pada saya, saya tetap akan menjawab, "Tidak, saya tidak mirip dengan satu pun karakter yang telah saya ciptakan."
In denial mode? Maybe.
Saya juga pernah membuat sebuah novel dengan 26++ karakter yang berbeda di dalamnya. Dan salah satu beta reader saya dengan penasarannya bertanya, "Yang mana yang lu banget?" Sebagai penulis yang baik dan tidak ingin mengecewakan beta reader yang sudah mau (dengan terpaksa atau tidak) membaca tulisan sepanjang dosa itu, saya ingin memberikan jawaban dengan menyebutkan sebuah nama karakter. Tapi sayangnya, saya tidak bisa. Dan pertanyaan itu akhirnya cuma saya jawab, "Tebak coba."
Dalam kondisi labil, pertanyaan dan pernyataan di atas pernah membuat saya berpikir begini: Lalu saya itu seperti apa?
Jika dibandingkan dengan beberapa penulis di RPF yang saya kenal, sebagian besar memang menjadi bukti dari mitos yang telah saya sebutkan di atas. Mereka mirip bagai pinang dibelah dua dan mereka bangga akan hal itu. Tergodakah saya untuk membuat sebuah karakter yang begitu mirip dengan saya? Tidak. Ini bukan karena saya tidak tahu saya itu seperti apa sehingga tidak ingin membuat sebuah karakter yang mirip dengan saya, ya.
Kembali lagi pada pertanyaan salah satu beta reader saya, dia sudah mencoba menebak dan saya cuma menjawab dengan pernyataan, "Bukan," dan pertanyaan, "Emang mirip ya?" Pada akhirnya, saya cuma berkata, "Sudah, baca aja. Repot amat sih."
Dan ngomong-ngomong, semakin banyak karakter yang saya ciptakan, saya semakin merasa menjadi salah satu penderita MPD. Satu penyakit yang saya rasa pernah dianggap dialami oleh sebagian besar orang yang sangat mendalami sebuah karakter.
Nah, sesi curhat selesai. Sekarang giliran Anda, pernahkah Anda menciptakan sebuah karakter/tokoh? Kalau ya, bagaimana rasanya? Miripkah Anda dengannya? Atau seratus delapan puluh derajat berbeda? Atau Anda hanya memasukkan sebagian dari diri Anda ke dalam karakter Anda? Lalu, pernahkah Anda terpengaruh oleh karakter yang Anda ciptakan sendiri? Dan jika Anda belum pernah menciptakan sebuah karakter atau membandingkan seseorang dengan karakter yang dia ciptakan, saya tidak tahu harus bersyukur atau merasa kasihan pada Anda.
0 comments:
Post a Comment