A Week, Full Of Suffer

on Monday, February 18, 2008
13 hari di Semarang, tidak semuanya indah. Malah menurut saya, seminggu yang penuh penderitaan. Berkali-kali, mood berubah menjadi sangat buruk tanpa bisa dikendalikan. Kalaupun kendali berhasil dipasang, kendali itu hanya bertahan beberapa saat, beberapa jam kemudian, kendali itu lenyap tak berbekas.

Kendali yang tak mau terpasang dengan benar itu otomatis membawa pengaruh buruk bagi lingkungan sekitar. Anda tahu sendiri bagaimana rasanya ketika mood benar-benar rusak tanpa alasan yang cukup jelas. Orang-orang di sekitar Anda pun, pasti terkena imbasnya.

Saya benar-benar berharap, minggu itu selesai di hari minggu kemarin. Tapi, kenyataannya, minggu itu tidak selesai, malah membawa sebuah babak penderitaan baru yang rasanya baru akan selesai setelah waktu yang cukup lama. Apakah sampai saat itu, mood akan bisa dikendalikan? Apakah sikap yang biasanya sangat dipengaruhi oleh baik buruknya mood itu bisa dikendalikan, sehingga tidak merugikan orang lain dan saya sendiri?

Saya hanya bisa berusaha. Dan salah satu alasan kenapa sampai jam setengah dua ini, saya sama sekali tidak ada niat untuk tidur, juga dipengaruhi mood jelek yang rasanya ingin sekali ditarik keluar, lalu dibuang, supaya hati ini terasa sedikit tenang. Supaya pekerjaan yang akan dilakukan keesokan harinya pun tidak terganggu.

NB: Tidur nggak, ya...?