Day Two - Doctor

on Saturday, June 12, 2010
Rutinitas yang biasa. Rumah sakit dan ruang praktek. Bau antiseptik. Perawat yang berteriak memanggil nama-nama. Pasien dengan wajah penuh pengharapan. Tidak ada yang berubah. Selalu. Karena memang itulah pekerjaannya, tugasnya, kewajibannya. Seorang dokter.

Tapi, selalu ada yang akan berbeda. Bumbu dalam rutinitas. Seperti hari ini. Masih rumah sakit yang sama. Aroma yang sama. Suara yang sama. Yang berbeda adalah tempat dan pasiennya.

Unit Gawat Darurat. Tempat di mana banyak manusia yang meregang nyawanya di sini. Kecepatan adalah yang utama di sini. Pasiennya kali ini, sepasang manusia dengan rambut biru. Seorang ayah dan anaknya. Unik. Hanya saja, si anak sedang dalam kondisi yang tidak baik. Pucat dan kotor. Air mata mengalir karena rasa sakit tak tertahankan.

Oksigen sudah diberikan tapi tak ada tanda-tanda membaik. Ada sesuatu yang mengganggu jalur pernapasan anak ini. Tapi, apa? CT-scan pun dilakukan, sementara itu, persiapan operasi dilakukan. Si ayah yang cemas telah diminta dengan sangat oleh perawatnya untuk menunggu di luar. Biarkan ahli medis yang bekerja.

Hasil CT-scan sudah keluar. Ada sesuatu yang mengganjal tenggorokan anak ini. Bukan logam. Apa itu? Kerikil, mungkin? Oke, urusan mengapa bisa ada kerikil di laring anak ini, bisa dipikirkan nanti. Yang perlu dilakukan sekarang adalah mengeluarkan kerikil itu. Prosedur laringoskopi pun dilakukan.

* * *

“Dia sudah tak apa-apa. Hanya saja, tenggorokannya akan sakit walaupun hanya digunakan untuk bernafas. Rasa sakitnya akan semakin menjadi-jadi kalau digunakan untuk bicara. Butuh sekitar satu sampai dua bulan lagi untuk menyembuhkan lukanya.”

Ternyata, seunik apapun tampilan seorang manusia. Isinya tetap sama. Ekspresi shock yang biasa ditunjukkan oleh seorang ayah yang diberitahu kalau anaknya akan kesulitan untuk bernafas dan bicara selama satu atau dua bulan, juga muncul pada si ayah berambut biru. Ucapan terima kasih yang berkali-kali, seakan dia adalah seorang dewa penolong. Ekspresi sayang dan pedih yang muncul ketika dia membelai anaknya dengan lembut.

Itulah manusia. Jenis makhluk hidup yang harus dihadapinya setiap hari.

0 comments: