Oke.. Entri kali ini berdasarkan pada peristiwa yang baru saja terjadi kemarin pagi. Yang membuat sang penulis sempat emosi selama beberapa saat.
Mungkin udah sering terdengar, tentang razia KTP yang terjadi secara tiba-tiba (namanya juga razia, masa udah tau kapan?) di beberapa daerah kos-kosan di ibukota Indonesia. Setelah dua tahun merantau di ibukota, baru kali inilah, sang penulis merasakannya sendiri. Dan terjadi benar-benar di saat yang benar-benar tidak tepat.
Tadi pagi, setengah jam sebelum vitamin D dari sinar matahari berakhir, beberapa orang dengan mengenakan seragam biru tua, dengan bahagianya menggedor-gedor tiap pintu yang ada, kecuali pintu kamar mandi tentunya. Setelah dibukakan, mereka dengan sopannya mencoba berbasa-basi untuk meminta KTP dari para empunya kamar. Setelah diberikan, tentu saja, mereka tidak langsung mengembalikannya (Jelas!). Mereka mulai mengeluarkan alasan pertama, kedua, dan selanjutnya untuk menahan KTP-KTP tersebut.
Para empunya kamar yang KTP-nya sudah ditahan, diminta menemui petugas berseragam coklat untuk diberi sehelai kertas putih persegi yang katanya, tanda denda. Petugas itu juga mengatakan bahwa seharusnya, kalau sudah tinggal di Jakarta lebih dari 1x24 jam, diwajibkan untuk lapor ke RT. Petugas tersebut juga memberikan sebuah map yang kelihatannya sakti dengan 6 lembar fotokopian di dalamnya. Isinya? GAJE!
Petugas itu bilang, ini peraturannya kalau tidak percaya. Eh, itu fotokopian, isinya cuma keterangan-keterangan sama peraturan nomer berapa tahun berapa! Dikira anak-anak hukum semua?? Hapal di luar kepala puluhan hukum-hukum?? Swt dah.. ==a Dan lagi, ada tertulis, memberi penyuluhan, bukan merazia lalu mendenda ~__~ Namanya penyuluhan itu kan, dikumpulkan untuk diberitahu, kan? Atau guru PKn saya dulu salah mengajarkan?
Jujur, kejadian ini bikin saya tambah kecewa sama yang namanya petugas hukum ==a Kalo dulu cuma imajinasi-imajinasi yang terbentuk dari berita-berita yang ada. Sekarang, setelah mengalami sendiri? Tentu saja, teramat sangat kecewa.
Tapi, ya sudahlah. Anggap saja amal :D Semoga uang yang sudah diambil dari anak-anak yang bahkan belum bisa mencari uang sendiri itu, dimanfaatkan dengan baik. *Lumayan lho, uang makan sehari, cuy~*
Mungkin udah sering terdengar, tentang razia KTP yang terjadi secara tiba-tiba (namanya juga razia, masa udah tau kapan?) di beberapa daerah kos-kosan di ibukota Indonesia. Setelah dua tahun merantau di ibukota, baru kali inilah, sang penulis merasakannya sendiri. Dan terjadi benar-benar di saat yang benar-benar tidak tepat.
Tadi pagi, setengah jam sebelum vitamin D dari sinar matahari berakhir, beberapa orang dengan mengenakan seragam biru tua, dengan bahagianya menggedor-gedor tiap pintu yang ada, kecuali pintu kamar mandi tentunya. Setelah dibukakan, mereka dengan sopannya mencoba berbasa-basi untuk meminta KTP dari para empunya kamar. Setelah diberikan, tentu saja, mereka tidak langsung mengembalikannya (Jelas!). Mereka mulai mengeluarkan alasan pertama, kedua, dan selanjutnya untuk menahan KTP-KTP tersebut.
Para empunya kamar yang KTP-nya sudah ditahan, diminta menemui petugas berseragam coklat untuk diberi sehelai kertas putih persegi yang katanya, tanda denda. Petugas itu juga mengatakan bahwa seharusnya, kalau sudah tinggal di Jakarta lebih dari 1x24 jam, diwajibkan untuk lapor ke RT. Petugas tersebut juga memberikan sebuah map yang kelihatannya sakti dengan 6 lembar fotokopian di dalamnya. Isinya? GAJE!
Petugas itu bilang, ini peraturannya kalau tidak percaya. Eh, itu fotokopian, isinya cuma keterangan-keterangan sama peraturan nomer berapa tahun berapa! Dikira anak-anak hukum semua?? Hapal di luar kepala puluhan hukum-hukum?? Swt dah.. ==a Dan lagi, ada tertulis, memberi penyuluhan, bukan merazia lalu mendenda ~__~ Namanya penyuluhan itu kan, dikumpulkan untuk diberitahu, kan? Atau guru PKn saya dulu salah mengajarkan?
Jujur, kejadian ini bikin saya tambah kecewa sama yang namanya petugas hukum ==a Kalo dulu cuma imajinasi-imajinasi yang terbentuk dari berita-berita yang ada. Sekarang, setelah mengalami sendiri? Tentu saja, teramat sangat kecewa.
Tapi, ya sudahlah. Anggap saja amal :D Semoga uang yang sudah diambil dari anak-anak yang bahkan belum bisa mencari uang sendiri itu, dimanfaatkan dengan baik. *Lumayan lho, uang makan sehari, cuy~*